Kamis, 10 April 2014

Aspek Sosial Budaya

            Perspektif budaya masyarakat di desa Balassuka masih sangat kental dengan budaya Bugis-Makassar, walaupun budaya-budaya dari suku lain juga ada. Karena perpaduan kedua budaya tersebut sehingga di desa Balassuka khususnya, dan kecamatan Tombolo Pao pada umumnya mempunyai budaya dan bahasa yang disebut Bahasa Konjo, walaupun bahasa dan budaya lebih banyak dipengaruhi adat dan bahasa Makassar. Hal ini dapat dimengerti karena hampir disemua desa di Kabupaten Gowa masih kuat pengaruh Kerajaan Gowa.
Dari latar belakang budaya, kita bisa melihat aspek budaya dan sosial yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Di dalam hubungannya dengan agama yang dianut misalnya, Islam sebagai agama mayoritas dianut masyarakat dalam menjalankannya sangat kental tradisi budaya Makassar.


(Gambar : Tradisi Islami Masyarakat Desa Balassuka)

Tradisi budaya Makassar sendiri berkembang dan banyak dipengaruhi ritual-ritual atau kepercayaan masyarakat sebelum agama Islam masuk. Contoh yang biasa kita lihat adalah peringatan Maulid, Isra Mi’raj, Syukuran, Tamatan dan Hajatan serta kegiatan budaya yang sarat dengan tradisi seperti : kegiatan Anrara Baca, Angnganre Tamma’, Assongka Bala, Abbasse Pare, Ammoto’ Biralle, A’manca’, A’genggong, A’gambusu’, A’sinrili Akkacapi, Accaccu’, A’bangnga’ Appontu, A’lanja’ Angngamboro’, Antama’ Ribola, Angnganre Pareberu, A’je’ne-je’ne, Anrara Matere, Appa’dekko, Angngappingang dan lain-lain.
Secara individual di dalam keluarga desa Balassuka, tradisi Bugis-Makassar lama dipadu dengan agama Islam juga tetap dipegang. Tradisi ini dilakukan selain sebagai kepercayaan yang masih diyakini sekaligus digunakan sebagai bagian cara untuk bersosialisasi dan berinteraksi di masyarakat. Misalnya tradisi Anrara baca dan Angnganre tamma’ dilaksanakan pada saat seseorang telah mahir dan dinyatakan tamat membaca Al-Qur’an.
Tetapi yang perlu diwaspadai adalah muncul dan berkembangnya pemahaman keyakinan terhadap agama ataupun kepercayaan tidak berakar dari pemahaman terhadap tradisi dan budaya masyarakat yang sudah ada. Hal ini mengakibatkan munculnya kerenggangan sosial di masyarakat dan gesekan antara masyarakat. Adapun jumlah Institusi Lokal Desa yakni :
a)      Lembaga adat             : 1 buah
b)      Lembaga agama          : 1 buah
c)      Kelompok tani            : 23 klp
d)     Dasa Wisma                : 13 buah
e)      Koperasi                     : 2 buah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar