Jumat, 11 April 2014

Sejarah Desa Balassuka



Desa Balassuka adalah nama suatu desa yang terdapat di luar kota. Dalam hal ini berada di Kecamatan Tombolopao bagian Timur Kabupaten Gowa yang berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
Pada mulanya nama Balassuka adalah “Ballasuka”. Menurut bahasa daerah Makassar, terdiri dari dua suku kata “Balla” dan “Suka”. “Balla” artinya rumah (tempat) dan “Suka” artinya kelahiran, senang. Jadi “Ballasuka” artinya “Balla Tumallasukanga Tau nipakalabbiri”, artinya rumah atau tempat kelahiran orang-orang yang mulia atau terpuji yang akan diangkat menjadi pemimpin.
Menurut pemahaman orang Balassuka bahwa yang pertama menghuni Balassuka adalah “Turilenrang” yang berasal dari “Parang Ilalang/Pannanroang Sorobaya” (Gunung Bawakaraeng). Dipilihnya Balassuka sebagai tempat tinggal karena tempat inilah yang paling cocok untuk bercocok tanam/bertani karena dikelilingi oleh sungai dan pegunungan.
Proses terbentuknya sistem pemerintahan di Balassuka diawali dengan nama “Puanta Ri Balassuka” yang terdiri dari:
·         Puanta Tiroa bertugas menentukan waktu untuk bercocok tanam/turun sawah
·         Puanta Jappokia Ri Saponna
·         Puanta Jappokia Rimasigi’na
·         Puanta Karanjangia (pabbarambang) Pammappaujung Pangngura tarang” orang berani
·         Puanta ri Balassuka (PettaSallu)
Setelah itu terbentuklah istilah Gallarrang.
 Dalam proses terbentuknya istilah Gallarrang diawali dengan pembentuka istilah “Sulle Hatang” sebanyak dua kali atau pengganti “Puanta” yang ditunjuk oleh Sombaya ri Gowa. Sulle Hatang pertama terdiri dari 3 orang yaitu:
1.      Rakka Dg. Matakko (Pemerintahan)
2.      Lamuda mengurus orang yang mau menikah (imam)
3.      Balikaraeng (tidak jelas)
Sulle Hatang kedua yaitu satu orang sebagai pengganti Rakka Dg. Matakko yaitu Dg. Maitta. Pada msa pemerintahannya ini masuklah Belanda menjajah, maka oleh Belanda dihapuslah istilah Sulle Hatang yang dibentuk oleh Sombaya ri Gowa dan digantikan dengan istilah Gallarrang.
Menurut catatan sejarah bahwa Balassuka diperintah oleh beberapa orang Gallarrang yaitu:
1.      Galla Sama’ atau Galla Pacce memerintah kira-kira sekitar 1 tahun
2.      Galla Baco memerintah kira-kira sekitar tahun 1910an
3.      Galla Barang memerintah kira-kira sekitar tahun 1910an
4.      Galla Lebang memerintah kira-kira sekitar tahun 1920an
5.      Galla Senggong memerintah tahun 1930
6.      Galla Saeba memerintah tahun 1945
Pada tahun 1962 Balassuka dipugar menjadi dua desa yaitu desa Bontolebang dipimpin oleh Saeba Lebang dan desa Bontokarama dipimpin oleh P.Tompo. Kemudian pada tahun 1968-1971 kedua desa tersebut dilebur lagi menjadi satu diganti namanya menjadi desa Tabbinjai dan dipimpin oleh Saeba. Lalu pada tahun 1989 desa Tabbinjai dipugar lagi menjadi tiga desa yaitu desa Tabbinjai, desa Mamampang dan desa Balassuka.
Secara historis, Balassuka dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, kerajaan Gowa menyatakan perang dengan Balassuka yang konon tak mau tunduk kepada Sumbo Opu atau kerajaan Gowa. Saat itu maka Puanta diganti dengan sebutan Gallarrang yang mana sesuai beberapa sumber informasi mengatakan pada saat peralihan tersebut terjadi ketika Indonesia memproklamirka kemerdekaan. Dan mulai saat itu Balassuka yang masih bergabung dengan beberapa desa sekarang ini yaitu desa Tabbinjai, desa Kanreapia, desa Mamampang dan desa Balassuka, sistem pemerintahan yang dijalankan adalah dipimpin oleh Gallarrang.
Sejak saat itu Gallarrang Balassuka yang bergabung denga beberapa desa lainnya berubah nama menjadi desa Bontokarama’ yang masih dipimpin dengan sebutan Gallarrang sampai sebutan Kepala Desa yang mana struktur dan nama pejabat dan periode pemerintahannya disusun sebagai berikut:
                                    I.            P.Saeba Lebang                                Tahun 1941 – 1962
                                 II.            Bakri Dg. Tompo                              Tahun 1962 – 1965
                              III.            P.Saeba Lebang                                Tahun 1965 – 1974
                              IV.            Najamuddin Bahang (Penunjukan)  Tahun 1974 – 1982
                                 V.            Habibu Ibrahim (Penunjukan)          Tahun 1982 – 1985
                              VI.            Najamuddin Bahang (Hasil Pemilu) Tahun 1985 – 1991
(Pemekaran dari desa Tabbinjai menjadi desa persiapan)
                           VII.            M. Yusuf AM (Penunjukan)             Tahun 1991 – 1998
                        VIII.            M. Yusuf AM (Hasil Pilkades)         Tahun 1998 – 2003
                              IX.            M. Yusuf AM (Hasil Pilkades)         Tahun 2003 – 2008
                                 X.            Abd. Malik S,Sos.I (Hasil Pilkades) Tahun 2008 – sekarang

            Dari struktur kepemimpinan pemeintahan di atas dapat diketahui bahwa Balassuka adalah bukan sekedar nama belaka akan tetapi ada dan terlahir membawa nilai budaya sejarah tersendiri khususnya masyarakat desa Balassuka, dan Gowa pada umumnya. Yang mana struktur, kultur, nilai-nilai budaya dan kebiasaan di dalamnya menjadi kekayaan budaya dan adat istiadat serta keanekaragaman lainnya menjadi potensi kedepan dalam menyusun perencanaan pembangunan desa Balassuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar